Seine Net (Pukat Kantong)

Di Indonesia Seine Net disebut juga Pukat Kantong, karena jaringnya memiliki kantong dan 2 (dua) buah sayap, yang umumnya memiliki tali yang panjang.

Bentuk Pukat Kantong terdiri dari bagian kanton (cod-end) berbentuk empat persegipanjang, bagian badan bentuknya seperti trapesium memanjang. Pada bagian-bagian tersebut ditautkan tali penguat yang dihubungkan dengan tali ris atas (head rope) dan tali ris bawah (foot rope), dilengkapi dengan pelampung (float) dan pemberat (singker).

Tempat operasi penangkapannya dapat dikelompokkan menjadi Pukat Pantai (beach seine) yang dioperasikan di tepi pantai dan PukatTengah dengan pengoperasiannya agak jauh dari pantai.

sumber : Dinas Perikanan propinsi Jabar, 2008

Maggot Pakan Alternatif

Makin ketatnya persaingan di pasar internasional telah menuntut produsen perikanan dunia untuk berlomba menghasilkan produk berkualitas terbaik dengan harga terendah. Karena itu selain tak henti melakukan pembaruan teknologi, efisiensi produksi juga kian nyaring digaungkan oleh banyak pihak, terutama dalam hal pakan. Sebab biaya pakan menyumbang sekitar 60% terhadap biaya produksi usaha perikanan budidaya.

Sampai sekarang ini, harga pakan cenderung naik dari waktu ke waktu akibat kian menipisnya ketersediaan tepung ikan sebagai bahan baku utama pakan. Lebih celaka lagi, Indonesia selama ini menggantungkan se bagian besar pemenuhan tepung ikan dari pasokan impor sehingga sulit menghindari melambungnya harga pakan.
Namun kebingungan soal pakan tidak perlu lagi dikahawtirkan lagi, Sebab putra-putri Indonesia sudah bisa menemukan bahan pengganti tepung ikan. Bahan yang dimaksud adalah maggot. Yani larva lalat bunga dari spesies Hermetia illucens (larva Black Soldier Fly) yang diproduksi melalui proses biokonversi. Biokonversi ini merupakan proses untuk mengubah bentuk dari produk yang kurang bernilai menjadi produk bernilai menggunakan agen biologi.


Maggot, Menguntungkan
Maggot memang layak jadi harapan baru di bisnis perikanan budidaya. Hasil penelitian dari Loka Riset Kemeneteriean Kelautan dan Perikanan menyebutkan, maggot memiliki kadar protein yang sama dengan tepung ikan yaitu sekitar 40-50%. Kelebihan lainnya, maggot mudah dibudidayakan secara massal dengan menggunakan bungkil kelapa sawit (Palm Kernel Meal/PKM) sebagai media tumbuh.

Tentang maggot, keberadaanya bisa ditemui hampir di seluruh dunia dengan ukuran larva sekitar 2 cm. Beberapa kelebihan belatung ini antara lain bisa mereduksi sampah organik, bisa hidup dalam toleransi pH yang cukup luas, tidak membawa atau menjadi agen penyakit, masa hidup cukup lama (± 4 minggu) dan untuk mendapatkanya tidak memerlukan teknologi tinggi,.
Sementara Black Soldier Fly (Hermentia illucens)—sang lalat—adalah serangga yang hidup di pepohonan yang berbunga. Sari bunga (madu) merupakan makanan utamanya. Siklus hidupnya selalu melakukan metamorfosa seperti kupu-kupu. Selanjutnya, si prajurit hitam yang sudah dewasa akan kawin dan selanjutnya meletakkan telurnya pada media yang memungkinan sebagai makanan bagi larvanya. Dalam waktu 2-4 hari telur akan menetas menjadi maggot kecil, selanjutnya akan bertambah besar sampai 2 cm pada umur 4 minggu. Sampai umur 2 minggu maggot masih berwarna putih dan selanjutnya warna semakin berubah menjadi kekuningan sampai hitam dan menjadi pupa pada umur ± 4 minggu. Setelah 4 minggu pupa akan menetas menjadi serangga dewasa.
Mengenai kandungan gizi maggot jika dibandingkan tepung ikan secara umum tak kalah. Maggot juga mengandung asam amino dengan kadar yang sedikit lebih rendah daripada tepung ikan. Sedangkan kandungan asam lemak linoleat (n-6) tepung maggot lebih tinggi daripada tepung ikan.
Budidaya Maggot
Saat ini budidaya maggot telah dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi Kapasitas produksi mencapai 200-300 kg/minggu. Kapasitas ini masih bisa ditingkatkan lagi dengan peningkatan fasilitas, terutama wadah budidaya. Pengembangan budidaya maggot kini masih terus dikaji, baik terkait dengan nilai gizinya ataupun prospek pengembangan dan aplikasinya sebagai pakan ikan maupun sebagai pengganti tepung ikan.
Sebagai media tumbuh maggot dipilih bungkil kelapa sawit. Alasannya karena bahan ini mempunyai kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan produk limbah lainnya seperti ampas tahu, ampas kecap serta ketersedianya cukup banyak dan kontinyu di Jambi.
Budidaya maggot bisa dilakukan pada skala kecil dengan menggunakan drum/baskom dan skala besar pada bak-bak yang berukuran besar yang kedap air. Fermentasi bungkil kelapa sawit menggunakan air dengan perbandingan 1 bagian bungkil kelapa sawit dengan 2 bagian air. Bungkil yang telah dicampur air dimasukan dalam tong/baskom atau bak berukuran besar dan ditempatkan di ruangan terbuka.
Agar media tidak terkena air hujan, wadah budidaya diberi atap sebagai pelindung. Disamping itu untuk memudahkan lalat Black soldier menempelkan telur maka di atas media fermentasi ditempatkan daun kering. Setelah 2-4 minggu pemeliharaan, maggot sudah bisa dipanen. Ukuran panen disesuaikan dengan bukaan mulut ikan yang akan diberi pakan maggot (jika maggot segar).
BBAT Jambi menyebutkan, bahwa untuk setiap 10 kg bungkil kelapa sawit dalam tong/baskom bisa menghasilkan 3-3,5 kg maggot. Sedangkan untuk 1 unit bak 3 x 10 m bisa menghasilkan 150 - 316 kg maggot (PKM 350-750 kg). Dengan kata lain, 1 kg maggot bisa dihasilkan dari 3 kg bungkil kelapa sawit (konversi PKM : maggot=3:1) dalam waktu 2-4 minggu.
Sayangnya, budidaya maggot ini masih terkendala pasokan sulitnya mendapatkan bungkil kelapa sawit dari pabrik. Bukan itu saja, harga bungkil sawit dari tahun ke tahun juga selalu meningkat. Jika harga ini telah menembus Rp 1.000 per kg, maka kegiatan ini menjadi tidak menguntungkan bagi pembudidaya ikan. Di sini peran pemerintah sangat diharapkan untuk menstabilkan harga bungkil kelapa sawit agar tetap di bawah Rp 1.000 per kg.
Dalam penggunaan maggot sebagai pakan ikan, bisa diberikan dalam dua cara. Yakni langsung (maggot hidup/) dan ke dua tepung maggot sebagai sumber protein pakan menggantikan tepung ikan. Penggunaan pakan maggot telah dilakukan pada beberapa ikan di BBAT Jambi. Antara lain pada ikan patin, nila merah, nila hitam, mas, toman, gabus dan arowana. Juga pada beberapa ikan konsumsi lainnya di BBPBAT Sukabumi dan ikan hias di LR-BIHAT di Depok, Jawa Barat.
Hasilnya cukup sangat memuaskan. Misalnya pada ikan patin, substitusi maggot segar dengan pakan komersial pada ikan patin jambal menunjukan bahwa benih patin jambal yang diberi pakan substitusi maggot hidup 25% dan pakan komersial 75%, menghasilkan laju pertumbuhan terbaik serta bisa menurunkan biaya pakan Rp 352 per kg ikan. Substitusi maggot masih bisa ditingkatkan sampai 35% tanpa menurunkan performan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Sebagai sumber protein pakan pengganti tepung ikan, penggunaan protein tepung maggot sekitar 28%. Pada pembesaran ikan patin siam kebutuhan protein tepung maggot mencapai 34,7%.
Pada ikan nila merah, penggunaan maggot segar 50% ditambah pakan komersial 50% akan menghasilkan laju pertumbuhan terbaik. Selain itu bisa menurunkan biaya pakan sebesar Rp 1.819 per kg ikan. Substitusi maggot masih bisa ditingkatkan sampai 54% tanpa menurunkan performan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Sedangkan sebagai sumber protein pengganti tepung ikan, tepung maggot bisa digunakan sebanyak 50% sebagai sumber protein pakan untuk pakan pembesaran ikan nila merah. Hasil penelitian lainnya, maggot bisa menggantikan 50% pakan komersial pada ikan lele.

sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

CARA SEHAT MEMASAK IKAN

Memasak ikan secara sehat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Dipanggang:
Ikan disayat dangkal di bagian badan ikan. Taruh di piring dan tutup dengan alumunium foil. Tambahkan dengan rasa bumbu-bumbu herbal, perasan lemon dan minyak ziatun dan panggang pada suhu sekitar 180 derajat Celcius.

2. Ditumis/goreng dengan sedikit minyak
Goreng ikan dengan menggunakan sedikit minyak atau mentega di dalam wajan dan goreng dengan api sedang.

3. Dibakar
Ikan disayat miring untuk membantu panas menembus daging. Tempatkan ikan di tempat bakaran panas.

4. Direbus
Tempatkan ikan di panci yang telah panas, tetapi untuk ikan utuh harus ditempatkan di panci yang dingin baru kemudian dipanaskan pelan-pelan.

5. Dikukus
Kukus ikan diatas panci yang dibawahnya berisi air mendidih.


Sumber : Warta Pasar Ikan Edisi September 2009, No. 73

LESTARIKAN TERUMBU KARANG INDONESIA

LESTARIKAN TERUMBU KARANG INDONESIA



Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Biasanya tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21-300C. Beberapa tempat tumbuhnya terumbu karang adalah pantai timur Afrika, pantai selatan India, Laut Merah, lepas pantai timur laut dan baratl laut Australia hingga ke Polynesia. Terumbu karang juga terdapat di pantai Florida, Karibia dan Brasil. Terumbu karang terbesar adalah Great Barier Reef di lepas pantai timur laut Australia dengan panjang sekitar 2000 km. Terumbu karang merupakan sumber makanan dan obat-obatan dan melindungi pantai dari erosi akibat gelombang laut.

Terumbu karang memberikan perlindungan bagi hewan-hewan dalam habitatnya termasuk sponge, ikan (kerapu, hiu karang, clown fish, belut laut, dll), ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan, kura-kura, ular laut, siput laut, c umi-cumi atau gurita, termasuk juga burung-burung laut yang sumber makanannya berada di sekitar ekosistem terumbu karang.


Terumbu Karang Bunaken

Terumbu Karang Bunaken

Ada dua jenis terumbu karang yaitu terumbu karang keras (hard coral) dan terumbu karang lunak (soft coral). Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.

Terumbu karang ditemukan di sekitar 100 negara dan merupakan rumah tinggal bagi 25% habitat laut. Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat rentan di dunia. Dalam beberapa dekade terakhir sekitar 35 juta hektar terumbu karang di 93 negara mengalami kerusakan. Ketika terumbu karang mengalami stres akibat temperatur air laut yang meningkat, sinar ultraviolet dan perubahan lingkungan lainnya, maka ia akan kehilangan sel alga simbiotiknya. Akibatnya warnanya akan berubah menjadi putih dan jika tingkat stresnya sangat tinggi dapat menyebabkan terumbu karang tersebut mati.

Jika laju kerusakan terumbu karang tidak menurun, maka diperkirakan pada beberapa dekade ke depan sekitar 70% terumbu karang dunia akan mengalami kehancuran. Kenaikan temperatur air laut sebesar 1 hingga 20C dapat menyebabkan terumbu karang menjadi stres dan menghilangkan organisme mikroskopis yang bernama zooxanthellae yang merupakan pewarna jaringan dan penyedia nutrient dasar. Jika zooxanthellae tidak kembali, maka terumbu karang tersebut akan mati.

Selama 100 tahun terakhir, paras muka air laut naik 1 meter, suhu permukaan bumi naik 10C. Dunia kian dipadati manusia, lebih dari enam-setengah miliar jiwa. Perjuangan memenuhi kebutuhan hidup kian ganas. Industri wahana modernisani kian meluas dan kian rakus. Maka polusi pun kian kejam, khususnya ketika CO2 mengangkasa lalu merangsang tumbuhnya kubah raksasa yaitu efek rumahkaca, hingga pemanasan global (global warming) pun kian melelehkan es kedua kutub bumi. Maka menjadi tidak aneh ketika ribuan pakar dunia mengabarkan betapa cepatnya paras permukaan air laut naik. Menurut beberapa ahli pakar dunia mengatakan bahwa setiap kenaikan temperatur bumi 100C, permukaan air laut naik 1 meter. Faktanya, selama 100 tahun terakhir, paras muka air laut telah naik 1 meter. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka bukan tidak mungkin pada tahun 2030-an sekitar 2000 pulau milik Indonesia tenggelam.

Pemanasan global yang saat ini terjadi bukan hanya mengancam kehidupan manusia di atas permukaan tanah namun juga mengancam ekosistem terumbu karang di bawah laut. Pada peristiwa El Nino tahun 1997/1998, suhu permukaan air laut naik secara tiba-tiba, menyebabkan terjadinya pemutihan karang secara massal dan mematikan sekitar 16% terumbu karang di seluruh dunia. Sebagian besar diantaranya adalah terumbu karang yang berumur ratusan bahkan ribuan tahun.

Indonesia sebagai negara yang memiliki hutan cukup luas di dunia, sangat memainkan peran penting untuk bisa menjaga paru-paru dunia. Sejauh ini hutan di percaya sebagai paru-paru dunia yang dapat mengikat emisi karbon yang di lepas ke udara oleh pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, asap rokok dan banyak lagi sumber-sumber emisi karbon lainnya, sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global. Namun sesungguhnya Indonesia yang 2/3 wilayahnya adalah lautan, juga memiliki fungsi dan peran cukup besar dalam mengikat emisi karbon bahkan dua kali lipat dari kapasitas hutan. Emisi karbon yang sampai ke laut, diserap oleh phytoplankton yang jumlahnya sangat banyak dilautan dan kemudian ditenggelamkan ke dasar laut atau diubah menjadi sumber energi ketika phytoplankton tersebut dimakan oleh ikan dan biota laut lainya.

Indonesia merupakan negara pengekspor karang hidup terbesar dunia. Tercatat 200 ribu karang pada 2002 sampai 800 ribu karang pada 2005 telah di ekspor dari Indonesia. Sementara sumbangan produksi terumbu karang Indonesia di sektor perikanan mencapai US$ 600 juta per tahun. Ini karena Indonesia terletak dalam jantung kawasan segitiga karang dunia (heart of global coral triangle). Lokasi ini menjadikan Indonesia memiliki jumlah jenis karang terbesar di dunia dari sekitar 700 jenis karang di dunia, 590 diantaranya ada di Indonesia. Disisi lain coral triangle memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. lebih dari 120 juta orang hidupnya bergantung pada terumbu karang dan perikanan di kawasan tersebut. Coral triangle yang meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon ini, merupakan kawasan yang memiliki keanakaragaman hayati laut tertinggi di dunia khususnya terumbu karang.

Namun, pemanasan global juga membawa ancaman terhadap terumbu karang Indonesia, yang merupakan jantung kawasan segitiga karang dunia. Dampak dari naiknya suhu dan permukaan air laut yang terjadi pada akhir-akhir ini telah mengakibatkan 30% terumbu karang yang ada di Indonesia telah mengalami bleaching (pemutihan). Jika luas total terumbu karang yang ada di Indonesia 51.020 km2, terumbu karang yang mengalami pemutihan akibat pamanasan global ini sedikitnya telah mencapai 15.306 km2. Kondisi ini juga akan memberikan implikasi pada sosial ekonomi masyarakat sekitar dan pariwisata bahari.

Naiknya suhu dan permukaan air laut adalah dua kendala yang menjadi penyebab utama kerusakan dan kepunahan terumbu karang. Kedua kendala tersebut juga memberikan dampak serius pada ekologi samudera dan yang paling penting terumbu karang yang merupakan tempat tinggal berbagai macam mahluk hidup samudera. Hewan karang akan menjadi stres apabila terjadi kenaikan suhu lebih dari 2-30 celcius di atas suhu air laut normal. Pada saat stress, pigmen warna (Alga bersel satu atau zooxanthellae) yang melekat pada tubuhnya akan pergi ataupun mati sehingga menyebabkan terjadinya bleaching (pemutihan). Sebanyak 70-80 persen karang menggantungkan makanan pada alga tersebut, jadi mereka akan mengalami kelaparan ataupun kematian. Bila karang memutih atau mati, rantai makanan akan terputus yang berdampak pada ketersediaan ikan dilaut dan ekosistem laut.

Terumbu karang dapat mengurangi dampak dari pemanasan global. Terumbu karang dengan kondisi yang baik memiliki fungsi yang cukup luas, yaitu: memecah ombak dan mengurangi erosi; tempat cadangan deposisi kapur yang mengandung carbon; sebagai tempat berkembang-biak, mencari makan dan berlindung bagi ikan dan biota laut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi mengurangi karbon yang lepas ke atmosfer sehingga dapat mengurangi kerusakan ozon. Tetapi pada terumbu karang dengan kondisi jelek terjadi pengurangan kapur yang mengakibatkan turunnya permukan terumbu karang. Sehingga gelombang laut tidak dapat lagi di pecah oleh terumbu karang yang letaknya menjadi jauh dibawah permukanan laut. Lambat laut, gempuran gelombang laut mengerus dataran rendah menjadi laut.

Salah satu usaha menghadapi ancaman pemanasan global adalah menjaga dan memelihara terumbu karang. Imam Bachtiar, salah seorang pemerhati terumbu karang sudah sering kali mengingatkan “Jika anda tidak memelihara terumbu karang di wilayah pesisir anda, cucu anda tidak dapat mewarisi tanah dan rumah anda sekarang, karena 100 tahun lagi akan menjadi laut. Akankah kita berdiam diri hingga prediksi ini benar-benar terjadi?”

Para pemerhati lingkungan juga melontarkan berbagai gagasan, ide dan saran kepada pengambil kebijakan untuk menjaga kondisi terumbu karang agar dapat berfungsi dengan baik. Salah satunya ajakan untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Friends of the Reef (FoR) di beberapa lokasi di Asia Pasifik. Misi utama FoR adalah mengasilkan stategi untuk meningkatkan daya tahan dan daya lenting terumbu karang agar mampu menghadapi ancaman pemanasan global.

Baru-baru ini Presiden Republik Indonesia mengadakan pertemuan di Sydney dan telah mengumumkan sekaligus mengajak negara-negara di dunia, khususnya di kawasan Asia Pasifik untuk menjaga dan melindungi kawasan segitiga karang dunia yang dikenal dengan nama Coral Triangle. Indonesia bersama lima negara lainnya yaitu Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon mengumumkan sebuah inisiatif perlindungan terumbu karang yang di sebut Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiatif ini mendapat kesan positif dari negara- negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia.

Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati laut, terutama terumbu karang melalui CTI sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan upaya mengurangi kemiskinan. Jika terumbu karang terjaga baik, maka sumber perikanan juga akan terus memberikan pasokan makanan bagi manusia.

Salah satu institusi yang mengembangkan program pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang adalah COREMAP yang menyampaikan informasi yang berimbang mengenai kondisi terumbu karang di Indonesia. Kemudian penggunaan slogan atau moto dalam program pengelolaan terumbu karang juga perlu mendapat perhatian khusus. Menjaga kelestarian terumbu karang bukan hanya menjadi tanggung jawab nelayan saja melainkan seluruh umat manusia di bumi ini.

Seharusnya mulai sejak sekarang kita peduli terhadap terumbu karang. Dengan menanamkan pendidikan kepada masyarakat luas (terutama yang tinggal di sepanjang garis pantai) mengenai fenomena ini melalui beberapa media seperti leaflet, booklet dan berbagai media komunikasi cetak lainnya perlu disebarkan ke masyarakat, termasuk melalui media eletronik, radio dan televisi. Kemudian adanya penegakan hukum dan partisipasi pesisir dalam menjaga keutuhan wilayah pesisir yang salah satunya dengan mengawasi dan menjaga aktifitas penambangan liar di daerah pesisir yang harus segera dihentikan. Dan yang paling penting untuk mengurangi dampak dari pemanasan global dengan kampanye tentang gas emisi dari macam-macam sumber yang ikut memperburuk kondisi ozon.

Mengupayakan kelestarian, perlindungan dan peningkatan kondisi ekosistem terumbu karang, terutama bagi kepentingan masyarakat yang kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada pemanfaatan ekosistem tersebut. Meningkatakan hubungan kerjasama antar institusi untuk dapat menyusun dan melaksanakan program-progam pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan keseimbangan dalam pemanfaatan sumber daya alam. Manyusun tata ruang dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk mempertahankan kelestarian ekosistem terumbu karang dan kelastarian fungsi ekologis terumbu karang. Dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, sistem informasi, pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan terumbu karang dengan meningkatkan peran sektor swasta dan kerjasama internasional merupakan kebijakan umum dalam pengelolaan terumbu karang di Indonesia.

sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

Cupang hias warna merah cupang jenis serit (crown tail)

Cupang hias warna merah cupang jenis serit (crown tail)

Dactylogyriasis (Cacing Insang)

Penyebab : Dactylogyrus spp., Cychlidogyrus spp., Quadricanthus spp.

Bio-Ekologi Patogen

• Ekto-parasit yang bersifat obligat parasitik dan berkembang biak dengan bertelur
• Menginfeksi semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih. Penularan terjadi pada saat face infektif (Onchomiracidium).
Dactylogyrus spp. memiliki 2 pasang titik mata, dan pada ujung kepalanya terdapat 4 buah tonjolan. Cychlidogyrus spp. bentuknya lebih pipih pada kedua ujungnya, dan hanya memiliki sepasang titik mata. Quadricanthus spp. bentuknya
mirip Dactylogyrus spp., dan memiliki host species specific target yaitu kelompok ikan catfish.
• Infeksi berat dapat mematikan 30-100% dalam tempo beberapa minggu

Gejala Klinis :
• Warna tubuh pucat, nafsu makan menurun, kurus, gelisah dan lamban
• Frekwensi pernapasan meningkat, produksi mukus pada insang berlebih dan sering meloncat-loncat
• Berkumpul/mendekat ke air masuk
• Insang pucat atau membengkak sehingga operkulum terbuka

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi
parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ insang.

Pengendalian :
• Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air > 29 derajat celcius
• Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekwensi pergantian air
• Ikan yang terserang Dactylogyriasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain:
✓ Larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000
ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam
✓ Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam
✓ Larutan formalin pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih
✓ Glacial acetic acid 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3 – 4 kali

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2010

Trichodiniasis atau Penyakit Gatal

Penyebab : Trichodina spp., Trichodinella spp., dan Tripartiella spp.


Bio-Ekologi Patogen :
• Protozoa dari golongan ciliata, berbentuk bundar, simetris dan terdapat di ekosistem air tawar, payau dan laut. Trichodina spp, berukuran 45-78 um, Trichodinella (24-37 um) dan Tripartiella (lebih dari 40 um)
• Memiliki cincin dentikel berupa cakram yang berfungsi sebagai alat penempel
• Inang parasit adalah semua benih ikan air tawar, payau dan laut. Menginfeksi organ kulit, sirip dan insang ikan yang baru menetas hingga umur 1 bulan
• Kelompok parasit ini umumnya lebih bersifat komensalis dari pada parasitik sejati, karena hanya memakan sel-sel kulit ikan yang mati/hancur.
• Kematian ikan yang diakibatkannya bisa mencapai 50% dari total populasi, terutama akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan/atau cendawan.


Gejala klinis :

• Warna tubuh pucat, nafsu makan menurun, kurus, gelisah dan lamban

• Mengosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya (gatal)

• Frekwensi pernapasan meningkat dan sering meloncat-loncat
• Mengakibatkan iritasi dan luka pada kulit ikan karena struktur alat penempel yang keras (chitin),
• Iritasi sel epitel kulit, produksi lendir berlebih sehingga berwarna kecoklatan atau kebiruan
• Sirip rusak, menguncup atau rontok

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.


Pengendalian :
• Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air >= 29 derajat celcius

• Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekwensi pergantian air

• Ikan yang terserang trichodiniasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain:

✓ Larutan garam dapur (untuk ikan air tawar) pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam
✓ Air tawar (untuk ikan air laut) selama 60 menit, dilakukan pengulangan setiap hari
✓ Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam
✓ Larutan formalin pada dosis 200 ppm selama 30-60 menit dengan aerasi yang kuat, atau pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih
✓ Larutan Acriflavin pada dosis 10-15 ppm selama 15 menit
✓ Glacial acetic acid 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3 — 4 kali
✓ Copper sulphate 0,0001 mg/L selama 24 jam atau lebih. diulang setiap 2 hari sekali
✓ Hidrogen peroxide (3%) 17,5 ml/L selama 10 menit. diulang setiap 2 hari
sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya, 2010

Myxosporidiasis (Penyakit Gembil)

Penyebab : Myxosporea dari genera Myxobolus, Myxosoma, Thelohanellus, dan Henneguya


Bio — Ekologi Patogen :
• Myxosporea berbentuk seperti buah pir atau biji semangka
(kwaci), terbungkus dalam kista yang berisi ribuan spora.
• Memiliki vakuola yang disebut vakuola iodinophilous yang menjadi pembeda dua genera Myxosporea, yaitu Myxosoma (tanpa vakuola iodinophilous) dan Myxobolus (dengan vakuola iodinophilous).
• Spora yang dimakan oleh inang dan masuk ke dalam usus akan pecah mengeluarkan sporoplasma, dan bergerak secara amoeboid masuk dalam sirkulasi darah dan terbawa ke organ target infeksi,

• Inang umumnya jenis-jenis ikan dari kelompok cyprinidae, labirinth dan salmonidae. Di Indonesia, jenis ikan yang sering terinfeksi myxosporea antara lain benih ikan mas, tawes, sepat. gurame dan tambakan.
• Prevalensi serangan bervariasi dari rendah sampai sedang dengan mortalitas berpola kronis

Gejala Klinis :
• Menginfeksi jaringan ikat tapis insang, tulang kartilag, otot/daging, dan beberapa organ dalam ikan (terutama benih).
• Terlihat benjolan putih seperti tumor berbentuk bulat-lonjong menyerupai butiran padi pada insang ikan
• Pada infeksi berat. tutup insang (operkulum) tidak dapat
menutup sempurna. sirip ekor bengkok dan berwarna gelap
• Bengkak-bengkak/gembil di bagian tubuh (kanan/kiri), struktur tulang yang tidak normal
• Berenang tidak normal. berdiam di dasar dan akhirnya mati.

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang cukup jelas
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi myxosporidia melalui pembuatan preparat ulas dari organ target infeksi. Pengamatan yang lebih jelas terhadap karakteristik spora diperlukan pewarnaan yang spesifik.


Pengendalian :
• Persiapan kolam (pengeringan dan desinfeksi kolam) untuk memutus siklus hidup parasit.
• Ikan yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan
• Hindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi parasit
• Pengendapan yang dilengkapi dengan filtrasi fisik (batu, ijuk, kerikil dan pasir)
• Belum ada bahan kimia yang efektif untuk mengobati penyakit ini.

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010

Penyebab : Microsporidia dari genera Thelohania, Nosema dan Peistophora

Microsporidiasis (Cotton Shrimp Disease)

Penyebab : Microsporidia dari genera Thelohania, Nosema dan Peistophora

Bio — Ekologi Patogen
• Disebut sebagai penyakit udang kapas dan/atau udang susu.
• Memiliki lebih dari 8 spora dalam tiap kapsul
• Hampir semua jenis udang penaeid dilaporkan paling sedikit rentan terhadap infeksi salah satu jenis dari parasit golongan microsporidia, meskipun ada indikasi lokal spesifik

• Patogenisitas rendah, tingkat prevalensi dalam satu populasi umumnya tidak lebih dari 5% dan mortalitas yang diakibatkannya juga relatif rendah


Gejala klinis :
• Bagian tubuh udang yang terinfeksi berwarna putih susu dan lebih lunak
• Spora yang berwarna putih menyebar di bagian daging/otot (internal parasite)
• Udang lemah, mudah stress, nafsu makan menurun, lamban sehingga mudah dimangsa predator, serta mudah mati setelah penanganan (handling)

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang cukup jelas
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi microsporidia melalui pembuatan preparat ulas dari organ target infeksi. Pengamatan yang lebih jelas terhadap karakteristik spora diperlukan pewarnaan yang spesifik.

Pengendalian :
• Desinfeksi, pengeringan dasar tambak dan sumber air yang bebas dari microsporidia
• Udang yang terinfeksi segera dimusnahkan, untuk mengurangi potensi penularan secara horizontal
• Untuk memotong siklus hidup parasit, hindari pemberian pakan berupa ikan rucah yang terinfeksi microsporidia
• Tidak ada bahan kimia yang efektif untuk mencegah dan/atau mengobati penyakit microsporidiasis.

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya, 2010

AIR

Penyakit ikan Hias : Hama Ikan

Hama Ikan
Selain penyakit, ikan pun bisa diserang hama. Hama ikan kebanyakan hidup di kolam atau bak semen. Pada wadah akuarium, hama ini sangat jarang menyerang ikan. Biasanya hama menyerang anak ikan atau mengganggu lingkungan kehidupan ikan.


1. Larva capung
Ukuran larva capung atau dragon-fly larvae (Odonata sp.) dapat mencapai 2 cm. Biasanya larva ini masuk kolam bersama dengan tanaman air karena tempat persembunyiannya di akar tanaman atau terbenam dalam kotoran kolam. Makanannya berupa larva ikan sehingga sangat merugikan. Dalam sehari saja bisa kehilangan banyak larva ikan.


Pemberantasan hama ini dengan diserok karena mudah dilihat, lalu dimusnahkan. Bila jumlahnya terlalu banyak, pemberantasannya dengan pemberian insektisida Sumithion 0,01 ml/l air. Selain itu, pemberantasan bisa dengan pengurasan kolam hingga bersih. Setelah dikeringkan, kolam dapat diairi untuk digunakan kembali.


2. Dyticus marginalis
Dyticus marginalis merupakan serangga yang larvanya dapat menyerang larva ikan. Tubuhnya panjang kecil, dapat mencapai 7 cm, dan kepalanya berbentuk segi tiga. Cara pemberantasannya seperti pada larva capung.


3. Keong
Biasanya ada beberapa jenis keong yang sering berada di kolam budidaya ikan hias. Keong-keong tersebut memakan telur ikan sehingga sangat merugikan petani. Kehadiran keong dalam kolam biasanya karena telurnya terbawa dalam tanaman air (terutama enceng gondok) atau dalam pakan cacing.

Pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu dipungut satu per satu, lalu dibuang atau dimusnahkan. Bila populasinya banyak, tanaman air sebaiknya dibersihkan, lalu kolamnya dikuras.


4. Katak
Keberadaan katak dalam kolam pun dapat merugikan. Biasanya katak muncul terutama pada musim penghujan. Berudu katak memakan pakan ikan sehingga ikan menjadi kurang makan. Bahkan, kehadirannya bisa mengotori atau mencemari air. Telur katak pun dapat meracuni ikan karena mengandung lendir. Ikan yang memakan telur katak ini akan mati.

sumber : Dart S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006

Hama dan Penyakit Ikan Lele

Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
Jenis hama/penyakit
1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk yang terletak di ujung batang, dan cambuk ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron.
Gejala: lele yang terkena bakteri ini: warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan. Lele bernafas megap-megap di permukaan air.
Pencegahan: lingkungan harus tetap bersih, termasuk kualitas air harus baik.
Pengobatan: melalui makanan antara lain pakan dicampur Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.
2. Penyakit tuberculosis yang disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum
Gejalanya: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5-15 hari.
3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Penyebab: jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.
Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5-3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1-0,2 ppm selama 1 jam atau 5-10 ppm selama 15 menit.
4. Penyakit bintik putih dan gatal (Trichodiniasis)
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.
Gejala:
(1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air;
(2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang;
(3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari
5. Penyakit cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.
Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.
Pengendalian:
(1) direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit;
(2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;
(3) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ±30 menit;
(4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit;
(5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit.
6. Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah.
Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
Sumber : http://www.pustakatani.org/InfoTeknologi

Kebijakan DKP: Perikanan Budidaya Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut

Kebijakan DKP: Perikanan Budidaya
Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut



PEDOMAN TEKNIS PENANGGULANGAN PENYAKIT IKAN BUDIDAYA LAUT

Dalam rangka mendukung peningkatan produksi perikanan, khususnya ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti: kakap putih, kerapu, beronang, rumput laut dan jenis ikan laut lainnya, akhir-akhir ini sedang digalakkan pembudidayaannya dan mendapat perhatian dari masyarakat.

Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya ikan laut tersebut, terdapat pula beberapa masalah yang mengganggu, sehingga menghambat perkembangan usaha budidaya, yaitu hama dan penyakit ikan. Apabila keadaan tersebut tidak segera ditanggulangi lebih awal, maka kegiatan budidaya ikan laut akan terganggu, akibatnya ikan akan menurun karena tingkat kematiannya tinggi.

Untuk menghindari hal tersebut perlu diupayakan pencegahan dan pengobatan terhadap hama dan penyakit ikan. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa tidak semua penyebab kematian dikarenakan penyakit, maka dalam menangani masalah ini, tindakan penanggulangannya dilakukan secara hati-hati dan teliti agar tidak menimbulkan kesalahan yang merugikan.

JENIS PENYAKIT

Penyakit pada kulit
Kulit ikan menunjukkan warna pucat dan berlendir. Tanda ini terlihat jelas pada ikan yang berwarna gelap. Penyakit yang disebabkan oleh jamur menimbulkan bercak-bercak warna kelabu, putih atau kehitam-hitaman pada kulit ikan. Ikan yang menderita penyakit kulit kadang-kadang menggosok-gosokkan badannya pada suatu benda di dalam air.
Penyakit pada insang
Ikan terlihat sulit bernafas. Tutup insang mengembang dan lembaranlembaran insang pucat. Pada lembaran-lembaran insang terlihat bintikmerah yang disebabkan oleh pendarahan kecil (peradangan). Jika terdapat bintik-bintik putih pada insang, hal ini diebabkan oleh parasit kecil yang menempel pada tempat tersebut.
Penyakit pada organ (alat-alat dalam)
Perut ikan membengkak dengan sisik-sisik ikan berdiri (penyakit dropsy),dapat juga sebaliknya, perut menjadi sangat kurus. Kotoran ikan berdarah, menandakan adanya radang usus. Penyakit pada gelembung renang, menyebabkan ikan berenang terjungkir balik karena terganggunya keseimbangan badan.
PENYEBAB PENYAKIT


1) Non Parasit


a. Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain:

Perubahan salinitas air secara mendadak;
pH yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis);
Kekurangan oksigen dalam air;
Zat beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya);
Perubahan suhu air yang mendadak;
Kerusakan mekanis (luka-luka);
Perairan terkena polusi.
b. Makanan yang tidak baik :

Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk;
Bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman.
c. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan.

d. Stres
Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasi
ikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit.

e. Kepadatan Ikan
Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti ammonia akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit.


2) Parasit (Pathogen)

Pengertian :
Parasit atau panthogen adalah organisme dalam bentuk hewan atau tumbuh-tumbuhan atas pengorbanan dari induk emangnya (hewan atau tumbuh-tumbuhan lain). Parasit dapat berkembang dan menyebabkan infeksi yang dapat menularkan penyakit itu sendiri.
Penyebab penyakit :
Crustacea/udang renik
Protozoa
Jamur
Bakteri
Virus
4. PENGOBATAN PENYAKIT

1) Non parasit

a. Pencegahan penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit non parasit adalah :

Lingkungan harus baik
Lingkungan, terutama sifat fisika, kimia biologi perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan antara ikan sebagai inang dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stres dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit non parasit.
Kepadatan ikan yang seimbang
Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti amoniak akan meningkat seperti amoniak akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab timbulnya penyakit.
Makanan yang seimbang
Pemberian makanan yang kurang bermutu dapat menyebabkan kekurangan vitamin yang diikuti oleh pertumbuhan yang lambat atau menurunnya daya tahan ikan sehingga mudah untuk terserang suatu penyakit, disamping tingkat pemberian pakan dan kualitas makanan juga akan mempengaruhi sistem kekebalan.
b. Pengobatan yang bisa dilakukan :

Melalui suntikan dengan antibiotika.
Melalui makanan.
Perendaman.
Penyemprotan dengan tekanan tinggi.
2) Parasit

Beberapa macam parasit ikan dan pengobatannya :
a. Crustacea

Beberapa jenis crustacea yang sudah diketahui sebagai parasit ikan diantaranya adalah copepoda dan isopoda. Salah satu jenis copepoda ialah : Argasilus sp didapati biasa menyerang pada ikan laut yang dipelihara. Untuk jenis isopoda yang biasa terdapat dan merupakan parasit ikan adalah Nirocila sp.

Nirocila sp menyerang berbagai jenis ikan laut yang dipelihara, terutama terhadap ikan berukuran di atas 50 gram. Binatang ini mempunyai duri pengait pada kakinya sehingga dapat menempel dengan kuat pada insang atau di bagian sisi tubuh ikan yang
diserang. Serangan pada bagian insang ini bisa mengakibatkan borok karena jaringan daging pada insang dimakan oleh parasit tersebut.

Nirocila sp tergolong binatang vivaparous. Telur yang dihasilkan dierami dan anak yang menetas tumbuh dan berkembang di dalam kantong yang terletak di bawah perutnya.

Nirocila muda kemudian dilepaskan dan berenang bebas yang kemudian dapat menginfeksi ikan yang lain. Nirocila sp adalah protandrous di mana pada waktu muda mereka berkelamin jantan dan berubah menjadi betina pada waktu dewasa (matang).

Nirocila sp tahan terhadap kebanyakan pestisida seperti Dipterex, Matathion dan Hhyrethroids syntetic. Organophospat DDVP cukup aman dan efektif untuk pemberantasan parasit ini, namun jarang terdapat dalam bentuk yang masih murni.

Pengobatan dan pencegahan
Untuk mengatasi serangan parasit ini disarankan memakai formalin dengan cara sbb :

Angkat jaring apung dan simpanlah ikan-ikan yang terserang di dalam bak/tank.
Semprotkan formalin 1% ke jaring tersebut.
Tambahkan formalin (200 ppm) ke dalam bak sampai parasit tersebut lepas dari tubuh ikan dan
Keluarkan parasit-parasit tersebut dan musnahkan.
Biasanya serangan Nirocila sp dewasa (ukuran 2 - 3 cm) jarang berakibat serius. Serangan parasit dewasa mudah terlihat sewaktu dilakukan grading, sehingga dengan mudah dapat diambil dengan tangan untuk kemudian dimusnahkan.

b. Cacing Pipih
Dectylogyrus sp kadang-kadang ditemui menyerang ikan laut. Yang paling sering ditemukan menyerang ikan laut adalah Diplectanum sp. Bentuk parasit ini adalah sbb : mempunyai dua buah mata, ada alat penghisap (sucker) pada bagian depan dan belakang. Bagian belakang berbentuk seperti martil dengan bentuk seperti jangkar pada tiap ujungnya, bagian dalam perut seperti usus dan alat kelamin jelas terlihat. Parasit ini mempunyai panjang antara 0,5 - 1,0 dan memangsa sel-sel epithel insang ikan yang diserang.

Ikan yang terserang parasit ini atau jenis-jenis parasit lain yang menyerang insang cenderung untuk berenang ke arah air yang berarus kuat atau berenang miring di mana terlihat berbaring dengan insang terbuka lebar dan bergerak cepat. Biasanya serangan parasit ini sering bersamaan pula dengan serangan bakteri vibriosis. Insang ikan yang terserang kelihatan pucat dan mengeluarkan lendir yang berlebihan seperti pada penyakit cryptocoryoniasis. Apabila kondisinya sudah sedemikian parah, pengobatan akan percuma.

Pencegahan dan pengobatan
Pengobatan harus dilakukan secepatnya pada saat ikan kelihatan mulai terserang penyakit ini, dengan cara sbb :

Menggunakan formalin 200 ppm selama 1/2 sampai 1 jam dengan aerasi yang kuat, ulangi sampai 3 hari.
Menggunakan formalin 25 ppm dan malachite green 0,15 ppm selama semalam perendaman.
Menggunakan acriflavina 10 ppm 1 jam atau 100 ppm dicelupkan selama 1 menit.
Menggunakan dipterex 20 ppm selama 1 jam.
Menggunakan air tawar murni selama 1 jam (hanya untuk Kakap Putih dan Kerapu Lumpur).
c. Protozoa
Protozoa merupakan pathogen yang paling utama bagi usaha budidaya laut. Protozoa merupakan jazad renik bersel satu dengan ukuran yang bervariasi antara 10 - 500 mikron. Parasit protozoa umumnya mempunyai bulu/cilia di sekeliling tubuhnya. Parasit pada budidaya ikan laut yang disebabkan oleh protozoa dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu : Cryptocaryoniasis, Brooklynelliasis dan Trichadiniasis.

- Cryptocaryoniasis
Penyakit ini paling umum dijumpai pada budidaya laut yang disebabkan oleh protozoa. Organisme penyebabnya adalah Cryptocaryon irritans Brown, dijumpai secara luas seperti halnya Ichthyophthirius multifilis yang terdapat di air tawar. Pada stadium belum dewasa binatang ini cenderung berbentuk seperti buah pear. Bagian mulut (Cryclostomum) terlihat seperti pada ganbar 5 dimana terlihat sedang memangsa sel daging ikan.

Pemangsaan yang terus menerus kadang-kadang menyebabkan kerusakan pada kulit atau insang. Stadia "trophont" berbentuk seperti bola dengan garis tengah sekitar 300 mikron, terbungkus oleh bulu-bulu
halus/cilia.

Ikan Kerapu Lumpur dapat terserang penyakit bintik putih seperti terserang Ichtyophthirius multifilis. Bintik putih terlihat berbentuk titik yang masuk cukup dalam. Dalam hal-hal tertentu di mana serangan penyakit ini ditunggangi oleh serangan bakteri maka akan timbul borok pada bagian yang terserang.

Ikan Kakap dan jenis ikan lain yang bersisik besar jarang terlihat bahwa tersebut terserang penyakti bintik putih. Ikan-ikan tersebut akan kehilangan nafsu makan, matanya membengkak, sisik-sisiknya lepas, kadang terjadi pendarahan pada kulitnya dan terjadi pembusukan bagian sirip akibat terinfeksi bakteri/infeksi sekunder.

Pada ikan Lutjanus (jenis Goden Snaper) kepala merupakan bagian yang paling rawan terhadap serangan parasit ini, yang kadang sampai sisik pada kepala bagian atas dan tutup insang mengelupas yang kemudian terlihat botak. Insang pada ikan yang terserang parasit ini akan rusak dan tidak berfungsi. Keluarnya lendir yang berlebihan biaanya tidak sehebat seperti pada serangan parasit Diplectanum sp.

Penyakit yang paling sering dijumpai pada ikan-ikan dan sangat susah diberantas ini sesebabkan oleh protozoa yang bersarang pada lapisan lendir kulit dan sirip ikan, serata merusak lapisan insang. Binatang yang sangat kecil dan tidak bisa dilihat oleh mata biasa ini, pada selaput ikan bergerombol sampai berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus jumlahnya, hingga dapat terlihat sebagai bintik-bintik putih. Karena itu biasa disebut White spot.

Protozoa ini merusak sel-sel lendir ikan, dan dapat menyebabkan pendarahan, yang sering terlihat pada sirip dan insang ikan. Siklus hidup parasit ini sangat penting untuk diketahui, oleh karena itu segala cara pemberantasannya, pada dasarnya ialah memutuskan rantai kehidupan.

Sesudah 8 hari hidup pada ikan parasit ini sudah cukup dewasa untuk melangsungkan diri dari tubuh ikan, dan melayang-layang dalam air untuk beberapa saat lamanya. Kemudian ia melekatkan diri pada suatu benda, batu-batu, tumbuh-tumbuhan, gangang, dan sebagainya serta membentuk suatu lapisan kulit yang terlihat sebagai lendir. Bentuk demikian disebut cyste. Parasit ini dalam cyste membelah diri.

Dalam waktu 5 jam (lamanya tergantung suhu), terbentuklah beribu-ribu protozoa kecil-kecil. Kemudian dinding cyste itu pecah, lalu berhamburlah anak-anak parasit tersebut, melayang-layang dalam air, siap untuk menyerang ikan. Apabila dalam waktu 48 jam mereka tidak dapat menemukan ikan-ikan untuk ditempelinya maka anak-anak parasit itu akan mati. Jika ada ikan, mereka segera menempel dan tumbuh pada selaput lendir ikan.

Pada selaput lendir ikan, parasit protozoa ini hidup terbungkus oleh selaput sel lendir. Obat-obat pemberantas tidak dapat meresap kedalam parasit dalam keadaan tersebut, tanpa merusak selaput lendir ikan yang bersangkutan juga. Karena itu fase pre cyste, adalah fase yang mudah dikenai obat tanpa merusak ikan yang bersangkutan. Demikian juga cyste ketika benih parasit ini sudah keluar dari cyste.Sedangkan pada fase cyste, penyakit ini juga tidak tertembus oleh obat, karena berdinding lendir.

Terhadap penyakit ini tindakan yang lebih penting ialah pencegahan. Hal ini dilakukan dengan menciptakan suasana kesegaran dan kesehatan bagi ikan, sehingga ikan mempunyai daya tahan yang besar terhadap penyakit ini. Caranya ialah dengan memilih lokasi di mana air dapat selalu berganti lewat arus yang cukup.

Pencegahan dan pengobatan
Penanggulangan parasit ini cukup sulit. Stadia tomont berbentuk kista sangat tahan terhadap obat-obatan, sedangkan stadia trophonts seringkali masuk cukup dalam ke jaring daging ikan. Namun demikian perlakuan seperti tersebut di bawah ini dan telah banyak memberikan hasil yaitu :

Celupkan ke dalam formalin 200 ppm selama 1/2 sampai 1 jam tergantung kepada daya tahan ikan.
Celupkan ke dalam formalin 100 ppm dan acriflavin 10 ppm selama 1 jam.
Celupkan dalam campuran formalin 25 ppm dan malachite green 0,15 ppm selama 12 jam.
Menggunakan nitrofurazone 30 ppm selama 12 jam.
Menggunakan methyllene blue 0,1 ppm selama setengah jam.
Menggunakan air tawar murni selama 1 jam (hanya untuk ikan kakap dan kerapu lumpur).
Perlakuan tersebut diulangi 2 sampai 3 kali. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan percampuran obat dalam ransum makanan, yaitu menggunakan metronidozone 5 gram untuk setiap kilogram makanan selama 10 hari.

Berdasarkan hasil percobaan, gejala penyakit cryptocaryoniasis akan terlihat dalam waktu 5 hari setelah ikan sehat diolesi insang dari ikan yang sakit. Tindakan yang perlu diambil untuk menanggulangi penyakit ini adalah sebagai berikut :

Isolasi ikan-ikan yan ternyata sakit khususnya benih/gelondongan sejauh mungkin dari ikan-ikan yang sehat.
Ambil ikan-ikan yang mati atau sakit parah dari keramba untuk kemudian dimusnahkan.
Lakukan pengobatan sedini mungkin (begitu terlihat tanda-tanda ada ikan yang terserang penyakit ini) untuk memotong siklus hidup penyakit ini dan jangan sampai menjadi stadia kista serta terbentuknya tomite (stadia muda dan berenang bebas dari Cryptocaryon irritans).
- Brooklynelliasis
Penyakit ini disebabkan oleh Brooklynela sp, suatu protozoa berbentuk seperti kacang mirip dengan Chilodonella sp. mudah dikenal dengan adanya bulu rambut (cilia) yang panjang, sebuah macronucleus dan kantong berbentuk oval yang terlihat jelas. Brooklynela sp irritans, namun jenis ikan yang bisa terserang lebih sedikit.

Parasit ini dijumpai di bagian insang dan kulit dari ikan yang terserang.Tanda-tandanya penyakit yang ditimbulkan sama dengan penyerangan Cryptocaryon irritans, hanya saja jarang terjadi kerusakan kulit ikan yang terserang. Luka yang ditimbulkannya lebih tersebar dan terjadi pendarahan pada kulit bagian dalam.

Pendarahan ini kemungkinan disebabkan oleh kesengajaan ikan menggesek-gesekkan badannya ke jaring atau wadah budidaya lainnya yang diakibatkan gatal akibat serangan parasit ini pada bagian kulit.

Pencegahan dan pengobatan
Pemberantasan parasit ini dapat dilakukan seperti pada serangan parasit Cryptocaryon irritans. Keberhasilan upaya pemberantasan dapat dilihat dengan pengamatan di bawah mikroskop terhadap preparat usapan (smear) pada ikan yang diobati. Serangan penyakit sekunder seperti kebusukan sirip dapat dicegah dengan pengobatan menggunakan acriflavine atau pemandian mengunakan antibiotic.

- Trychodiniasis
Penyakit Trychodiniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Trichodina sp suatu protozoa bebenbentuk cakram dengan diameter sekitar 100 mikron dengan "gigi-gigi" yang terdapat di bagian tengah dan cilia pada bagian permukaan bawah. Pemberantasan/pencegahan penyakit ini dapat dilakukan seperti terhadap serangan "Cryptocaryoniasis" atau "Brooklynelliasis".

d. Jamur
Jamur merupakan tumbuhan sederhana yang tidak membutuhkan cahaya untuk tumbuh, tetapi memakan bahan organik untuk mendapatkan energinya.

Jamur dapat menyebabkan penyakit bila tumbuh pada organisme hidup termasuk ikan. Dewasa ini ada dua penyakit ikan yang berasal dari jamur, yaitu : Saprolegniasis dan Ichthyosporidosis.

- Saproleniasis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang disebut Saprolegnia sp. Serangan jamur ini menyebabkan perubahan warna pada kulit dan tumbuh jamur putih keabu-abuan yang makin lama makin melebar, dan menyebabkan kerusakan pada otot. Ikan-ikan yang sakit tersebut sebaiknya diambil dari kurungan pemeliharaan. Penyakit ini jarang sekali ditemukan dan tidak mudah menyerang ikan yang dalam keadaan sehat. Penyakit ini terutama menyerang ikan kakap putih pada bagian sirip punggung dan melebar ke arah sirip ekor.

Pencegahan dan pengobatan
Pengobatan dapat dicoba dengan jalan diolesi :

Larutan yodium Tincture 0,1%
Larutan Potassium Dichromat 1%
Atau perendaman dengan menggunakan :

Methylene blew 0,1 PPM, selama kira-kira 1 jam dan diulangi selama 3 hari.
Ichthyosporidosis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ichthyos poridium sp (Ichthyophonus sp). Jamur ini berkembang mengikis jaringan luar bagian kepala dan menyebabkan luka yan dalam yang berwarna kemerah-merahan dan dapat masuk ke dalam sampai ke bagian tengkorak kepala ikan. Kadang-kadang juga ditemukan di bawah kulit dan jaringan epitel kulit dari jaringan organ yang penting misalnya insang, usus, hati dan jantung dalam bentuk gumpalan granula.

Biasanya terdapat pada ikan kerapu dan berkembang lambat karena penyakit ini terutama teramati pada ikan-ikan atau ukuran pasar.Sampai saat ini belum ada pengobatan yang manjur terhadap penyakit ini. Beberapa jenis antibiotik yang biasa terdapat di pasaran kurang mempan menghadapi penyakit ini. Untuk itu dapat dihindari dengan jalan menjaga makanan dari ikan rucah yang diberikan agar bersih dan tidak ada gumpalan-gumpalan penyakit di bagian kulitnya atau di bagian lain.

e. Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri merupakan penyakit yang paling umum dijumpai pada usaha budidaya ikan laut.

Bakteri merupakan jasad renik yang kira-kira duapuluh kali lebih kecil dari sel-sel jamur, protozoa atau sel daging ikan. Biasa terdapat di udara, dalam tanah maupun dalam air dan benda padat lainnya. Sebagian besar bakteri sebenarnya tidak menyebabkan penyakit. Namun bakteri mempunyai kemampuan memperbanyak diri sangat cepat, sehingga apabila bakteri tersebut berada dalam bagian tubuh hewan. Bakteri ini bermacam-macam jenisnya. Yang menyerang manusia, berbeda dengan
jenis yang menyerang ikan dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi ada pula jenis-jenis yang dapat menyerang manusia dan hewan sekaligus.

Ikan yang terserang oleh bakteri dapat memperlihatkan gejala yang berbeda-beda. Jika bakterinya menyerang kerusakan-kerusakan pada kulit yang terlihat seperti kena api (luka bakar), seperti kudis/borok yang membusuk.

Infeksi bakteri biasanya timbul apabila ikan menderita stres. Kematian banyak terjadi pada ikan yang menderita stres karena serangan bakteri yang menyebabkan infeksi. Penyakit bakteri merupakan jenis yang terbanyak didapati pada usaha budidaya ikan di laut. YC. Chong (1986) menyebutkan bahwa di perairan Siangapura terdapat 3 kelompok utama penyakit yang disebabkan oleh bakteri, yaitu : pembusukan sirip/ekor, Vibriosis dan Streptococcosis.

- Pembusukan sirip/ekor (Bakteri Fin Rot)
Bakteri ini biasanya menyerang sirip-sirip, terutama sirip ekor dan dapat mengakibatkan luka dan pengelupasan kulit. Ikan-ikan yang terserang penyakit ini akan menalami luka/kerusakan pada bagian tepi dan siripsiripnya, termasuk sirip ekor dan akan terkikis secara tidak teratur. Bahkan tidak jarang terjadi sirip yang terserang akan tinggal bagian pengkalnya saja.

Jika diamati pada bagian yang terkena penyakit atau bagian yang luka hanya sedikit terdapat protozoa, tetapi diketemukan
banyak sekali populasi bakteri yang terdiri dari bakteri Mycobacter sp. Vibrio sp, jenis-jenis Pseudomonas dan Cocci gram positif.

Diperkitakan bahwa kerusakan yang terjadi tersebut diakibatkan oleh serangan bakteri dengan populasi yang sangat padat. Bakteri ini mudah menular lewat luka-luka ikan yang lain akibat sentuhan ekor yang sakit. Bakteri yang paling dominan adalah Vibro sp karena mempunyai kemampuan yang baik untuk hidup di air laut dan pertumbuhannya untuk membentuk koloni lebih cepat dibandingkan dengan bakteri yang lain.

Pada dasarnya penyakit ini tidak begitu berbahaya, tetapi yang menjadikan bahaya justru infeksi sekunder jenis bakteri lain yang dapat memperparah penyakit tersebut dan menyebabkan kematian ikan.

Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan dapat dilakukan dengan jalan perendaman ikan yang sakit ke dalam bak air dengan menggunakan :

Nitrofurozone 15 ppm, selama 3 - 4 jam.
Suplhonamide 50 ppm, selama 3 - 4 jam.
Neomycin sulphate 50 ppm, selama 1 - 2 jam.
Chloramphenicol 50 ppm, selama 1 - 2 jam.
Acriflavine 100 ppm, selama 1 menit.
Sesudah pengobatan, tempatkan ikan ke dalam kurungan yang bersih dengan kepadatan yang rendah dan aliran air yang baik, atau pada bak dengan penambahan aerasi secukupnya.

- Vibriosis
Vibriosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Bakteri Vibrio sp termasuk kelompok bakteri yang heterogen dan gram negatif. Ada 2 bakteri penting yang diketahui menyerang ikan laut yaitu : V. alginolyticus dan V. parahaemollyticus. Vibriosisi merupakan penyakit sekunder, artinya penyakit ini muncul setelah adanya serangan penyakit yang lain misalnya protozoa atau penyakit lainnya.

Dari percobaan yang dilakukan terhadap bakteri yang diisolasikan dari ikan kerapu dan kakap putih yang sakit, ternyata bakteri ini tidak mampu membuat ikan menjadi sakit vibriosis setelah dilakukan penyuntikan dengan bakteri tersebut. Terkecuali apabila dosisnya tinggi.

Ikan kerapu yang terkena Vibriosisi akibat suntikan bakteri tersebut, akan mengalami perubahan warna kulit menjadi lebih gelap dan daerah bekas suntikan akan menjadi borok. Selanjutnya akan terjadi pendarahan pada bagian peritonial dan ginjalnya akan rusak. Pengamatan di alapangan juga menunjukkan gejala ikan kurang nafsu makan, busuk sirip dan akumulasi cairan di bagian abdomen.

Pencegahan dan pengobatan
Beberapa pengobatan dengan antibiotik dapat dilakukan antara lain :

Menggunakan Oxytetracycline sebanyak 0,5 garam per kg makanan ikan selama 7 hari.
Menggunakan Sulphonamides 0,5 gram per kg makanan ikan selama 7 hari.
Chloromphenicol sebanyak 0,2 gram per kg berat makanan ikan selama 4 hari.
Apabila ikan tak mau makan, cobalah pengobatan dengan perendaman sbb :

Nitrofurozon 15 ppm, selama lebih kurang 4 jam.
Sulphonamides 50 ppm, selama lebih kurang 4 jam.
- Streptococcus
Bakteri dari genus Streptococcus ini kadang-kadang menyebabkan penyakit pada ikan laut yang dibudidayakan, seperti ikan kerapu merah dan ikan beronang. Tanda-tanda dari infeksi penyakit ini biasanya tidak jelas, namun ikan terkadang terlihat lesu, tidak sehat, berenang tidak teratur dan pendarahan pada cornea. Biasanya penyakit ini diamati lewat pemerikasaan laboratories.

Streptococcus sp termasuk bakteri yang resisten terhadap berbagai antibiotik yang secara terus menerus dipergunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang lain.

Pencegahan dan pengobatan
Berikut adalah perlakuan pengobatan yang disarankan tes sensitivitas antibiotik.

Amphicilin 0,5 gram per kg makanan ikan untuk 2 hari.
Oxytetracycline 0,5 gram per kg makanan ikan untuk 7 hari.
Erythromycin estolate 1,0 gram per kg makanan untuk 5 hari.
Dapat juga menggunakan penicilin 3.000 unit per kg berat ikan yang disuntik secara intramascullar.

f. Virus
Virus adalah patogen yang paling kecil. Ukurannya lebih kecil dari seperduapuluh kali besarnya bakteri. Virus menyerang mahluk hidup, berkembangbiak di dalam organisme inang dan pada saat itulah dia akan menyebabkan kerusakan ataupun penyakit pada organisme inang.

Virus sangat tahan terhadap segala jenis obat-obatan. Oleh karena itu, pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh virus lebih ditekankan kepada upaya pencegahan dan membatasi penularannya. Salah satu virus yang telah diketahui menyerang ikan pada budidaya di laut adalah penyakit Symphocystis.

Penyakit Lymphocystis disebabkan oleh serangan virus yang termasuk famili Iridovirus. Virus Lymphocytis berbentuk partikel berbidang banyak dengan sekitar 0,13 - 0,26 mikron. Terdiri dari inti DNA yang dibungkus oleh lapisan protein.

Infeksi pada ikan yang terserang menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Sel yang dikenal menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Sel yang dikenal dengan nama Lymphocystis menyerupai butiran sagu. Kelompok dari sel tersebut membentuk tumor pada kulit dan sirip.

Ikan kakap putih merupakan ikan yang sangat rawan terhadap serangan virus ini. Virus ini juga terbukti sangat mudah menular dengan menggunakan air sebagai media penularannya. Oleh karena itu, ikan yang terserang harus segera dipindahkan dan dipisahkan dari ikan yang sehat.

Pada dasarnya, penyakit yang diakibatkan virus belum dapat ditanggulangi secara pasti. Namun demikian pencegahan dapat dilakukan dengan jalan vaksinasi dengan obat antibiotik. Masalahnya adalah hingga saat ini, obat/vaksinasi untuk penyakit ini belum tersedia atau sulit didapatkan di pasaran.

sumber :http://zartlich.blogspot.com/2006/01/hama-penyakit-by-dkpgoid_23.html

Sifat Manusia Berdasarkan Golongan Darah


Kepribadian seseorang berdasar golongan darah.
Golongan Darah: A, B, O, AB

Di Jepang , ramalan ttg seseorang lebih ditentukan oleh golongan darah daripada zodiak atau shio. Kenapa? Katanya, golongan darah itu ditentukan oleh protein-protein tertentu yang membangun semua sel di tubuh kita dan oleh karenanya juga menentukan psikologi kita. Benar apa tidak?

SIFAT SECARA UMUM
A terorganisir, konsisten, jiwa kerja-sama tinggi, tapi selalu cemas (krn perfeksionis) yg kadang bikin org mudah sebel, kecenderungan politik: ‘destra’
B nyantai, easy going, bebas, dan paling menikmati hidup, kecenderungan politik: ’sinistra’
O berjiwa besar, supel, gak mau ngalah, alergi pada yg detil, kecenderungan politik: ‘centro’
AB unik, nyleneh, banyak akal, berkepribadian ganda, kecenderungan politik

BERDASARKAN URUTAN

Yg paling gampang ngaret soal waktu
1 B (krn nyantai terus)
2 O (krn flamboyan)
3 AB (krn gampang ganti program)
4 A (krn gagal dalam disiplin)

Yg paling susah mentolerir kesalahan org :
1 A (krn perfeksionis dan narsismenya terlalu besar)
2 B (krn easy going tapi juga easy judging)
3 AB (krn asal beda)
4 O (easy judging tapi juga easy pardoning)

Yg paling bisa dipercaya :
1 A (krn konsisten dan taat hukum)
2 O (demi menjaga balance)
3 B (demi menjaga kenikmatan hidup)
4 AB (mudah ganti frame of reference)

Yg paling disukai utk jadi teman :
1 O (orangnya sportif)
2 A (selalu on time dan persis)
3 AB (kreatif)
4 B (tergantung mood )

Kebalikannya, teman yg paling disebelin/tidak disukai:
1 B (egois, easy come easy go, maunya sendiri)
2 AB (double standard)
3 A (terlalu taat dan scrupulous)
4 O (sulit mengalah)

MENYANGKUT OTAK DAN KEMAMPUAN

Yg paling mudah kesasar/tersesat
1 B
2 A
3 O
4 AB

Yg paling banyak meraih medali di olimpiade olah raga:
1 O (jago olah raga)
2 A (persis dan matematis)
3 B (tak terpengaruh pressure dari sekitar. Hampir seluruh atlet judo , renang dan gulat jepang bergoldar o)
4 AB (alergi pada setiap jenis olah raga)

Yg paling banyak jadi direktur dan pemimpin
1 O (krn berjiwa leadership dan problem-solver) hahahaha amiiinnnn.... golongan darah gw nih
2 A (krn berpribadi ‘minute’ dan teliti)
3 B (krn sensitif dan mudah ambil keputusan)
4 AB (krn kreatif dan suka ambil resiko)

Yg jadi PM jepang rata2 bergolongan darah
1 O (berjiwa pemimpin)

Mahasiswa Tokyo Univ pada umumnya bergol darah : B

Yg paling gampang nabung :
1 A (suka menghitung bunga bank)
2 O (suka melihat prospek)
3 AB (menabung krn punya proyek)
4 B (baru menabung kalau punya uang banyak)

Yg paling kuat ingatannya
1 O
2 AB
3 A
4 B

Yg paling cocok jadi MC :
1 A (kaya planner berjalan)

MENYANGKUT KESEHATAN

Yg paling panjang umur :
1 O (gak gampang stress , antibodynya paling joss!)
2 A (hidup teratur)
3 B (mudah cari kompensasi stress)
4 AB (amburadul)

Yg paling gampang gendut
1 O (nafsu makan besar, makannya cepet lagi) hahaahha.... bener banget nih....
2 B (makannya lama, nambah terus, dan lagi suka makanan enak)
3 A (hanya makan apa yg ada di piring, terpengaruh program diet)
4 AB (Makan tergantung mood , mudah kena anoressia)

Paling gampang digigit nyamuk :
O (darahnya manis)

Yg paling gampang flu/demam/batuk/ pilek
1 A (lemah terhadap virus dan pernyakit menular)
2 AB (lemah thd hygiene)
3 O (makan apa saja enak atau nggak enak)
4 B (makan, tidur nggak teratur)

Apa yg dibuat pada acara makan2 di sebuah pesta :
O (banyak ngambil protein hewani, pokoknya daging2an) ini jg bener....
A (ngambil yg berimbang. 4 sehat 5 sempurna)
B (suka ambil makanan yg banyak kandungan airnya spt soup , soto, bakso dsb)
AB (hobby mencicipi semua masakan, ‘aji mumpung’)

Yg paling cepat botak :
1 O
2 B
3 A
4 AB

Yg tidurnya paling nyenyak dan susah dibangunin :
1 B (tetap mendengkur meski ada Tsunami)
2 AB (jika lagi mood, sleeping is everything)
3 A (tidur harus 8 jam sehari, sesuai hukum)
4 O (baru tidur kalau benar2 capek dan membutuhkan)

Yg paling cepet tertidur
1 B (paling mudah ngantuk, bahkan sambil berdiripun bisa tertidur)
2 O (Kalau lagi capek dan gak ada kerjaan mudah ken ngantuk)
3 AB (tergantung kehendak)
4 A (tergantung aturan dan orario)

Penyakit yg mudah menyerang :
A (stress, majenun/linglung)
B (lemah terhadap virus influenza , paru-paru)
O (gangguan pencernaan dan mudah kena sakit perut) ini jg bener...
AB (kanker dan serangan jantung, mudah kaget)

apa yg perlu dianjurkan agar tetap sehat :
A (Krn terlalu perfeksionis maka nyantailah sekali-kali, gak usah terlalu tegang dan serius)
B (Krn terlalu susah berkonsentrasi, sekali-kali perlu serius sedikit, meditasi, main catur)
O (Krn daya konsentrasi tinggi, maka perlu juga mengobrol santai, jalan-jalan)
AB (Krn gampang capek, maka perlu cari kegiatan yg menyenangkan dan bikin lega).

Yg paling sering kecelakaan lalu lintas (berdasarkan data kepolisian)
1 A
2 B
3 O
4 AB

10 Ikan Tercantik Di Dunia

10. African Cichlids

Ikan ini diucapkan sebagai "Sick-Lids". Ikan ini ditemukan di 3 danau di Afrika: Malawi, Tanganyika, dan Victoria. Spesies yg ada di Danau Victoria jumlahnya kurang beragam dan kurang berwarna-warni dibandingkan dengan lainnya. Biasanya mereka tumbuh hingga 6-7 inchi, dengan pengecualian untuk Spesies Frontosoa, yg bisa tumbuh sampe 12-14 inchi. Ikan2 ini adalah ikan2 air tawar yg bisa dengan gampang dipiara di akuarium rumahan. Selain di Afrika, ada juga spesies ikan ini yg idup di perairan Amazon, tapi ukurannya lebih besar dan lebih agresif dari yg di Afrika.

9. Parrotfish

Dinamakan demikian karena bentuk mulutnya yg mirip paruh burung. Ikan ini menggunakan mulutnya yg seperti paruh itu untuk memecah dan memakan invertebrata kecil yg hidup di daerah koral. Biasanya mereka akan memakan utuh2 bebatuan koral atau pasir2 laut lalu mengunyah invertebrata yg ada di dalamnya, lalu membuang sisa2nya.

8. Regal Tang

Ini ikan yang ada di Finding Nemo bukan sih? Btw, ikan ini tergolong dalam family Surgeonfish, yg memiliki pisau kecil dari zat kapur yg dapat disembunyikan di depan sirip ekornya. Pisau kecil ini digunakan terutama untuk sistem pertahanan dalam menghadapi predator.

7. Coral Beauty

Ikan ini tergolong dalam Angelfish. Ikan2 ini bisa disimpan dalam akuarium2 rumahan dan dapat bertahan hidup dengan baik di dalam habitatnya (hardy).

6. Flame Angel

Ikan ini memikiki hubungan dekat dengan Coral Beauty. Sifatnya sama seperti Coral Beauty, tapi sifatnya tidak 'seteguh' Coral Beauty.

5. Koi

Ada banyak variasi warna dari ikan koi (sekitar 100an). Koi dapat memiliki warna oranye, merah, putih, keemasan, atau hitam. Beberapa penggemar koi rela membayar ribuan dolar untuk seekor koi hanya untuk mencari pola warna koi yg langka.

4. Moorish Idol

Ikan ini tergolong susah untuk dipiara di akuarium rumahan, dan juga sangat mahal harganya. Di sumber yg gua baca, ga ada keterangan lebih lanjut untuk ikan ini. Mau googling?

3. Lionfish

Ikan ini disebut juga Zebrafish. Tulang belakangnya itu memiliki racun yg sangat menyakitkan dan cukup efektif. Orang yg memeliharanya pastinya harus ati2 kalo mo membersihkan akuariumnya

2. Discus
http://listverse.files.wordpress.com/2008/08/pompadour-discus-tm.jpg
Ikan ini merupakan spesies ikan air tawar yg mungkin merupakan ikan air tawar yg paling cantik. Harganya juga mahal banget: anakan yg panjangnya 3 inchi berkisar antara $50-$80.

1. Mandarinfish

Ada 2 varietas dari spesies ini: Mandarinfish standar dan Psychedelic Mandarin. Yang standar biasanya memiliki pola dan warna yg lebih bagus dibanding Psychedelic. Harganya ga lebih dari $20 per ekor, tapi yg jadi masalah adalah makanannya.
sumber: http://woamu.blogspot.com/2009/12/10-ikan-tercantik-di-dunia.html

Profil Karantina Ikan Cirebon

STASIUN KARANTINA IKAN KELAS II CIREBON

 

Alamat : : Jl. Cideng Indah No. 236 A, Kedawung-Cirebon
Telepon : (0231) 248857
Fax  : (0231) 248857
   

Alamat Laboratorium : Jl. Cideng Indah No. 236 A, Kedawung-Cirebon
Telepon                        : (0231) 248857
Fax                                 : (0231) 248857
e-mail                           : ski2cirebon@yahoo.co.id

Kantor Pelabuhan Laut Cirebon

Alamat       : Jl. Bali No. 2, Pelabuhan Cirebon
Telepon     : (0231) 200598
Fax              : (0231) 200598

2. Kontak
 Nama  : M.W. Giri Pratikno, S.Pi, MM 
 Jabatan  :  Kepala Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cirebon
 No Hp  :  0811731033
 Alamat e-mail  :  ski2cirebon@yahoo.co.id
 
3. Wilayah Kerja
Wilayah Kerja Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cirebon yaitu seluruh wilayah Jawa Barat, Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cirebon Memiliki 1 SatKer yaitu SatKer Husein Sastra Negara di Bandung
 
 Alamat             :  Jl. Padjadjaran No. 156 , Bandung
Telepon           : (022) 86060076
Fax                    : (022) 86060076
Alamat e-mail : satkerbandung@yahoo.co.id


       Nama   H a s i m, S.Pi
 Jabatan   Pjb. Satker Husein Sastra Negara Bandung Karantina Ikan Kelas II Cirebon
No Hp   081213754569

4. SDM
A. Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cirebon:
    Jumlah Tenaga Teknis : 13 orang
    Jumlah Tenaga Non Teknis : 6 orang
B. SatKer Husein Sastra Negara Bandung
    Jumlah Tenaga Teknis : 5 orang
    Jumlah Tenaga Non Teknis : 2 orang

5. Laboratorium

Level : Level 2
Metode Pemeriksaan Yang Dapat dilakukan : Konvensional
Akreditasi : belum terakreditasi

Uji Coba
Tahun : 2008
Judul :Kelangsungan Hidup Koleksi Awetan Streptococcus sp. yang menggunakan Gliserol

Resume Hasil uji Coba :
Pembuatan koleksi awetan bakteri HPIK sangat diperlukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Ikan dengan berbagai alasan, antara lain untuk koleksi specimen, untuk melakukan diagnosis lanjutan (rujukan) ke laboratorium lain, maupun untuk kepentingan yang akan datang seperti penelitian, pengembangan maupun diagnosis ulang.
Uji coba ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi gliserol sebagai media awetan yang efektif dan efisien dalam mempertahankan kehidupan bakteri Streptococcus iniae (HPIK golongan II). Kegiatan uji coba dilakukan di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cirebon. Bahan mikroba S.iniae diperoleh dari laboratorium Fakultas Perikanan UGM.
Uji coba diawali dengan uji pendahuluan yang meliputi persiapan inokulum, gliserol dan inokulasi dalam cryotube. Sebelum dipreservasi, dilakukan uji biokimia terhadap isolat bakteri untuk mengetahui karakterisasinya. Dan diperoleh hasil yaitu isolat yang digunakan tidak spesifik Streptococcus iniae, namun hanya Streptococcus sp. Karakteristik yang diketahui meliputi : gram +, coccus, non-motil, katalase -, oksidase -, glukosa +, Fermenter, tidak tumbuh di Mc. Conkey Agar, laktosa +, mannitol +, tumbuh di NaCl 6,5% dalam 24 jam, dan VP +. Pada persiapan inokulum diperoleh kepadatan awal koloni bakteri adalah 7,8x108 CFU/ml.
Uji utama terdiri dari 4 (empat) macam perlakuan yaitu : P1= (bakteri S.iniae-TSB) + gliserol 20%, P2= (bakteri S.iniae-TSB) + gliserol 25%, P3= (bakteri S.iniae-TSB) + gliserol 30%, P4= (bakteri S.iniae-TSB) + gliserol 35%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali.Untuk mengetahui jumlah bakteri dilakukan Penghitungan Total Plate Count (TPC). Penghitungan dilakukan pada awal sebelum penyimpanan suspensi dalam freezer bersuhu -20°C, dan saat penyimpanan setelah 2 minggu, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan. Data koleksi awetan yang dapat bertahan hidup dianalisa secara statistik dengan Rancangan Acak Lengkap. Hasil uji utama menunjukkan pada pemeriksaan setelah penyimpanan 2 minggu, 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan, perlakuan konsentrasi gliserol tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah kepadatan bakteri. Sedangkan pada bulan ke-4 terlihat adanya perbedaan yang nyata pada pemnerian gliserol 30% dan 35%.

6. Pemantauan
Pemantauan daerah sebar Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) bertujuan untuk mengidentifikasi serta menginventarisasi Hama Penyakit Ikan (HPI) di wilayah Jawa Barat. Kegiatan pemantauan diharapkan dapat memberikan data dan informasi bagi pencegahan masuk dan keluarnya hama Penyakit Ikan Karantina terutama dari dan ke wilayah Jawa Barat.
Kegiatan pemantauan HPI/HPIK dilakukan dalam 2 periode yaitu bulan Maret dan Agustus 2007. Lokasi pemantauan meliputi 9 (sembilan) kabupaten, yaitu Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Bandung, Ciamis, Tasikmalaya, Majalengka dan Indramayu. Pengambilan sampel ikan diusahakan yang menunjukkan adanya gejala-gejala klinis suatu penyakit, sedangkan pada sampel yang tidak menunjukkan gejala klinis maka sampling dilakukan secara acak. Sampel ikan yang diambil pada pemantauan tahun 2007 terdiri dari 22 (dua puluh dua) jenis ikan yaitu : Ikan corydoras panda, mas, nila, nilem, neon tetra, bawal, lele, gurame, blaster, komet, dubois, sapu-sapu, zebra pink, cichlid afrika, rosy barb, manvis, black tetra, patin, synondontis polkadot, komet, Sumatra. Dan 3 (tiga) jenis udang yaitu udang galah, windu dan Vannamei.
Hama Penyakit Ikan yang ditemukan terdiri dari 21 jenis parasit yaitu Agarella sp., Apiosoma sp., Argulus sp., Bodomonas sp., Chilodonella sp., Centrocestus sp., Dactylogyrus sp., Epistylis sp., Gyrodactylus sp., Ichthyopthirius multifilis, lernaea sp., Oodinium sp., Myxobolus koi, Trichodina sp., Trichodinella sp., Henneguya sp., Zoothamnium sp., Paramaesium sp., Calliperia bravipes, Transversotrema sp., dan Vorticella sp.
Jenis jamur yang ditemukan ada 6 macam yaitu Saprolegnia sp., Exophiala sp., Paecilomyces sp., Leptolegnia sp., Cladosporium sp.,dan Fusarium sp. Diantara parasit dan jamur tersebut tidak ada yang termasuk HPIK.
Pada Hama Penyakit Ikan golongan bakteri ditemukan 26 jenis bakteri. Salah satu diantaranya yaitu Edwardsiella tarda termasuk HPIK golongan II.
Hasil uji PCR pada beberapa sampel ikan Mas di daerah Bogor, Cianjur, Majalengka dan Sukabumi menunjukkan positif terinfeksi KHV. Sedangkan uji PCR yang dilakukan terhadap sampel udang menunjukkan hasil negatif terinfeksi TSV maupun WSSV.

PETA SEBAR HPI/HPIK
 
I.Bandung :
Parasit :Chilodonella sp.,Apiosoma sp.,Vorticella sp.,Trichodinella sp.,Dactylogyrus sp., Oodinium  sp.,Lernaea sp.,Epystilis sp.,Argulus sp.,Gyrodactylus sp.,Centrocestus sp.
Jamur : Aspergillus niger,Exophiala sp.,Saprolegnia sp.,Paecilomyces sp.
Bakteri :Aeromonas hydrophilla,Pseudomonas cepacia,Acinetonbacter sp.,Bacillus sp.,Vibrio spp.,Plesiomonas shigelloides,Staphylococcus sp.,Pseudomonas sp.
Virus : -
II.Cianjur :
Parasit :Trichodinella sp.,Oodinium sp.,Myxobolus koi,Trichodina sp.,Gyrodactylus sp., Dactylogirus sp.,Apiosoma sp.,Centrocestus sp.
Jamur : Aspergillus sp.
Bakteri :Plesiomonas shigelloides, Acinetonbacter spp., Staphylococcus sp., Aeromonas hydrophilla, Alcaligenes sp.,Aeromonas popofii,Aeromonas caviae,Aeromonas jandaei
Virus : Periode I KHV (+), Periode II KHV (+)
 


III.Bogor :
Parasit : Oodinium sp.,Epystilis sp.,Dactylogyrus sp.,Trichodinella sp.,Apiosoma sp.,Trichodina sp. Chilodonella sp.,Bodomonas sp., Gyrodactylus sp.,Centrocestus sp.,Thelohanellus sp.
Jamur : Aspergillus sp.
Bakteri : Citrobactere freundii,Yersinia enterocolitica,Vibrio spp.,Plesiomonas shigelloides Aeromonas hydrophilla,Plesiomonas shigelloides,Aeromonas popofii,Aeromonas enchelia Hafnia alvei
Virus : Perioda I Tdk dpt disimpulkan, Periode II KHV (-)
IV. Sukabumi :
Parasit : Trichodinella sp.,Trichodina sp.,Oodinium sp.,Myxobolus koi,Dactylogyrus sp.,Apiosoma sp.,Argulus sp.,Bodomonas p.,Zoothamnium sp.,Chillodonella sp.,Agarella sp.,Epistylis sp. Zoothamnium arbusculla,Gyrodactylus sp.
Jamur : Saprolegnia sp.,Cladosporium sp.,Fusarium sp.
Bakteri :Hafnia alvei,Aeromonas hydrophila,Yersinia enterocolitica,Aeromonas popoffii, Alcaligenes sp.,Aeromonas caviae
Virus : Perioda I Tdk dpt disimpulkan, Periode II KHV (+)
 
V. Ciamis :
Parasit : Oodinium sp.,Epistylis sp.,Vorticella sp.,Dactylogyrus sp.,Trichodina sp.,Trichodinella sp. Gyrodactylus sp.,Heneguya Sp.,Agarella sp.,Zoothamnium sp.,Apiosoma sp.,Calliperia brevipes,Ichhypthirius multifiliis
Jamur : Saprolegnia sp.,Leptolegnia sp.,Aspergillus flavus,Exophiala sp.,Paecilomyces sp.
Bakteri :Aeromonas caviae,Aeromonas hydrophila,Aeromonas jandaei,Citrobacter freundii, Bacillus sp., Plesiomonas shigelloides, Acinetobacter sp., Aeromonas allosacharophila, Edwardsiella tarda, Aeromonas popoffii, Alcaligenes sp., Bacillus sp.
Virus : -
 
VI. Tasikmalaya :
Parasit : Heneguya sp.,Trichodina sp.,Trichodinella sp.,Epistylis sp.,Apiosoma sp.,Myxobolus sp.
Centrocestus sp.,Vorticella sp.,Ichtyophtyrius multifilis
Jamur : Saprolegnia sp.,Aspergillus nidulans
Bakteri : Aeromonas popoffii,Aeromonas veronii,Edwardsiella tarda,Aeromonas eucrenophila
Aeromonas hydrophila
Virus : Periode II KHV (-)
 
VII. Purwakarta :
Parasit : Dactylogyrus sp.,Trichodinella sp.,Oodinium sp.,Gyrodactylus sp.,Bodomonas sp.,
Trichodina sp.Epistylis sp., Centrocestus sp.,Myxobolus koi
Jamur : -
Bakteri : Aeromonas hydrophila,Yersinia enterocolitica,Aeromonas schubertii,Aeromonas media
Citrobacter freundii,Bacillus sp.,Aeromonas popoffii
Virus : Periode I KHV (-) Periode II KHV (-)
 
VIII. Indramayu :
Parasit : Dactylogyrus sp.,Oodinium sp.,Trichodina sp.,Apiosoma sp.,Epistylis sp.,Trichodinella sp.
Chilodonella sp.,Bodomonas sp.,Dactylogyrus sp.,Thelohanellus sp.,Vorticella sp.
Charchesum sp.
Jamur : Saprolegnia sp.
Bakteri :Aeromonas hydrophila, Chromobacterium sp., Pseudomonas diminuta, Aeromonas hydrophila, Pleisiomonas shigelloides,Pseudomonas alcaligenes,Acinetobacter sp.
Yersinia entrocolitica,Vibrio vulnificus,Aeromonas popofii
Virus : Periode I TSV &WSSV (-) Periode II TSV&WSSV (+)
 
IX. Majalengka :
Parasit : Ichthyopthirius mulfifiliis,Oodinium sp.,Tricodinella sp.,Dactylogyrus sp.,Myxobolus koi
Transvesotrema,Vorticella sp.,Chilodonella sp.,Tricodina sp.,Epystilis sp.,Apiosoma sp.
Centrocestus sp.
Jamur : Exophiala sp.,Aspergillus niger,Paecilomyces sp.
Bakteri :Plesiomonas shigelloides,Enterobacter spp.,Aeromonas hydrophila,Yersinia enterocolitica
Virus : Periode I KHV (+)


7. Komoditas dominan : Abuk udang, abuk ikan, kulit rajungan, Dried Crab Shell, Crab Shell Powder, Live Tropical Fish, Koi, Kepiting

8. Negara ekpor dominan : Cina